Assalamualaikum w.b.t ,
Topik hari ni mungkin agak pelik kepada para pembaca. Bukan sahaja dalam masyarakat kita, melayu malah masyarakat lain juga mungkin akan rasa agak aneh dengan topik yang bakal kita bincangkan pada hari ini. Tetapi, apa yang ingin difokuskan adalah hukum memakan daging tupai menurut Islam. Adakah ianya halal atau tidak ?
Dalam agama Islam, tidak ada dalil yang mengatakan ianya haram. Maka daging tupai adalah halal untuk dimakan. Hukum memakannya adalah harus kerana tupai tidak kategorikan sebagai binatang buas yang memakan daging binatang lain ataupun binatang yang suka akan kekotoran seperti khinzir. Tupai adalah haiwan yang memakan segala bentuk tumbuhan dan sayuran terutamanya buah-buahan. Oleh itu, ia tidak membahayakan kesihatan manusia jika dijadikan sebagai makanan.
Dari Abu Tsa’labah bahawa Nabi s.a.w melarang daripada memakan setiap binatang buas yang bertaring (Hadith riwayat Muslim). Perlu diketahui bahawa hadith ini mutawatir sebagaimana ditegaskan Imam Ibnu Abdil Barr dalam At-Tamhid (1/125) dan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam I’lamul Muwaqqi’in (2/118-119) Maksudnya “dziinaab” yakni binatang bertaring atau berkuku tajam untuk melawan manusia seperti serigala, singa, anjing, harimau, beruang, kera dan sejenisnya. Semua itu haram dimakan”. (Syarh Sunnah (11/234) oleh Imam Al-Baghawi.
Dalilnya adalah prinsip dasar hukum syariah Islam, bahawa “al-ashlu fi al-asy-yaa` al-ibaahah maa lam yarid dalil al-tahriim” (Hukum asal benda adalah mubah selama tidak ada dalil yang mengharamkan). Imam Asy-Syaukani menjelaskan kaedah tersebut pada bahagian akhir bab tentang makanan, buruan dan sembelihan dengan mengatakan,”Berbagai ayat dan hadis yang disebut pada awal bab ini menunjukkan bahawa hukum asal benda adalah halal (al-ashlu al-hill).
Tambahan pula, menurut Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) di dalam ruangan soal jawab mereka, sebilangan besar ulama’ menghukum dan memfatwakan tupai sebagai binatang yang halal dimakan. Oleh itu, memakan daging tupai itu adalah halal dan tidak memudaratkan kesihatan. Lebih-lebih lagi, tupai bukanlah binatang buas yang bertaring mahupun binatang yang hidup daripada dua alam seperti katak dan buaya.
Dalam soal jawab ini, jelaslah bahawa tiada dalil yang mengharamkannya samada secara langsung ataupun tidak. Oleh itu, hukumnya kembali kepada hukum mubah, yakni harus untuk dimakan.
So sama lah konsep ni diqiaskan kpd haiwan girafah..?
Belum pernah lagi rasa daging tupai, sedap ke?
tupai makan guna tangan nampak macam orang lha pulak..
macam monyet jgak guna tangan,,.
Tupai bukan tergolong binatang perosak (tanaman & buah-buahan) dan harus dibunuh ke?
Cuma ingin kepastian
Tupai mmg sedap.sy baru jugak belajar2 mkn tupai,skrg nk beli ayam pun xminat.tupai lg pembersih n xkene inject mcm ayam.rasenye jauh lebih sedap n kenyal2 mcm ayam kampung sikit
Tupai juga sering ditemukan memakan kotoran hewan, naluri mereka adalah memakan segala yang mereka temui, baik tumbuhan besrta produknya, serangga dan bahkan kotoran hewan lain seperti kotoran anjing dan kotorannya sendiri, dalam kasus ini bedasarkan perilakunya tupai tergolong haram, karena merupakan hewan yg juga mengkonsumsi kotoran. bedasarkan penelitian yg telah saya lakukan bahwa tupai mengandung beberapa parasit seperti cacing pita, dan parasit-parasit lainnya, n ini berpotensi terhadap penularan penyakit ke manusia. dalam perkara ini mengkonsumsi daging tupai berada dalam kategori haram. selain itu, perkara megkonsumsi daging tupai ini adalah samar, karena tidak jelas batas kehalalan dan keharamannya, maka dalam kasus ini memlih dampak terburuk adalah hal yang terbaik agar tidak terjebak pada perkara yg di murkai oleh Allah, jadi dalam kasus ini lebih baik tinggalkan perkara yang meragukan, dalam hadist shahih dijelaskan Dari Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tinggalkan yang meragukan kepada apa yang tidak meragukanmu”. HR At Tirmidzi dan berkata: “Hadits ini hasan”. Dan dishahihkan oleh syaikh Al Bani dalam shahih Al Jami no 3372. عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الحَسَنِ بنِ عَلِيّ بنِ أبِي طالبٍ سِبْطِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: حَفِظْت مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم : (دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ) رواه الترمذي والنسائي وقال الترمذي: حديث حسن صحيح.
Dari Abi Muhammad Al Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib -cucu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kesayangannya- Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkara: Saya telah menghafal dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Tinggalkan apa-apa yang kamu ragukan, menuju apa-apa yang kamu tidak ragu.” (Diriwayatkan At Tirmidzi, An Nasa’i, dan At Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih)
Takhrij Hadits:
Imam At Tirmidzi dalam Sunannya No. 2518
Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 1723, 1727
Imam Ad Darimi dalam Sunannya No. 165, dari jalan Abdullah bin Mas’ud
Imam Al Hakim dalam Al Mustadrak ‘Ala Ahs Shahihain 2169, katanya: isnadnya shahih, Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Juga No. 2170 dan 7046, dengan sanad yang berbeda.
Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 722
Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra 10602, juga dalam Syu’abul Iman No. 5747
Imam Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya No. 2348
Imam Abu Ya’la dalam Musnadnya No. 6762, juga No. 7492 dari jalan Watsilah bin Al Asqa’
Imam Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabirnya No. 26 dari Ibnu Umar, No. 102 dari Ibnu Umar, No. 2642 dari Al Hasan bin Ali, No. 2645 dari Al Hasan bin Ali. No. 17658 dari Watsilah bin Al Asqa’, No. 17854 dari Wabishah bin Ma’bad
Dan lainnya.
dan dari alquran surat yunus ayat 36,
Allah Ta’ala berfirman;
إِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
“Sesungghnya persangkaan itu tidaklah sedikit pun membawa pada kebenaran ..” (QS. Yunus (10): 36)
Dari ‘Athiyah As Sa’di Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنْ الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ بِهِ حَذَرًا لِمَا بِهِ الْبَأْسُ
“Seorang hamba tidaklah sampai derajat taqwa sampai dia meninggalkan sesuatu yang boleh karena kehati-hatian terhadapnya menjadi sesuatu yang terlarang.” (HR. At Tirmidzi No. 2451, At Tirmidzi berkata: “hadits hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.” Ibnu Majah No. 4215, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 7899, katanya: “isnadnya shahih.” Syaikh Al Albani menghasankan dalam Tahqiq Misykah Al Mashabih No. 2775, namun dia mendhaifkan dalam kitabnya yang lain, seperti Dhaiful Jami’ No. 6320, Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 2451, Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 4215, dan lainnya)
Ada pun Syaikh Abul ‘Ala Muhammad bin Abdurrahman bin Abdurrahim Al Mubarkafuri Rahimahullah menjelaskan:
وَالْمَعْنَى اُتْرُكْ مَا تَشُكُّ فِيهِ مِنْ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ أَنَّهُ مَنْهِيٌّ عَنْهُ أَوْ لَا أَوْ سُنَّةٌ أَوْ بِدْعَةٌ وَاعْدِلْ إِلَى مَا لَا تَشُكُّ فِيهِ مِنْهُمَا وَالْمَقْصُودُ أَنْ يَبْنِيَ الْمُكَلَّفُ أَمْرَهُ عَلَى الْيَقِينِ الْبَحْتِ وَالتَّحْقِيقِ الصِّرْفِ وَيَكُونَ عَلَى بَصِيرَةٍ فِي دِينِهِ
“Maknanya: tinggalkan apa saja yang engkau ragu baik berupa perbuatan dan perkataan, bahwa hal itu dilarang atau tidak, atau sunah, atau bid’ah, lalu luruskan kepada sesuatu yang tidak kau ragu di antara keduanya. Maksudnya adalah hendaknya seorang mukallaf melaksanakan urusannya di atas keyakinan yang murni dan penelitian yang murni pula, dan menjadikannya di atas mata hati yang tajam pada agamanya.” (Tuhfah Al Ahwadzi, 7/221. Cet. 2. 1963M-1383H. Al Maktabah As Salafiyah, Madinah Al Munawarah)
saran saya sebaiknya tinggalkan segala perkara yang membuat saudara ragu, karena perkara haram atau hallalnya mengkonsumsi daging tupai bedasarkan alquran dan hadist yang shahih tidak ada dijelaskan,
terimakasih